Senin, 04 Juni 2018

Laporan Serat Kasar



LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SERAT KASAR PADA RUMPUT LAUT


                                                             
                                            Kelompok X.1 
       
Kelas XII.5
Nama Anggota Kelompok :
1. Ahmad Febryansyah
2.Fadel Muhammad Illahi
3.M.Farid Salim
4.Yona ramadayanti

SMK SMAK PADANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018










PENDAHULUAN
 
      A.    Latar Belakang
Serat sangat penting dalam proses pencernaan makanan dalam tubuh, kekurangan serat dapat menyebabkan konstipasi, apenaistis, alverticulity, hamoroid, diabetes militus, kanker koloni, penyakit jantung koroner dan batu ginjal. Kekurangan serat juga dihubungkan dengan berbagai penyakit gastrointestinal (Almatsier, 2003).
            Serat dalam makanan (dietary fiber) bukanlah satu kelompok bahan pangan yang memiliki sifat kimia yang mirip. Meskipun umumnya tergolong karbohidrat kompleks. Namun berdasarkan sifat kimiawi sebenarnya mereka sangat heterogen. Ada yang berasal dari polisakarida penyusun dinding sel tumbuhan (struktural) : selulosa, hemiselulosa dan pektin. Ada pula yang termasuk polisakarida non struktural ; getah (secrete dan reserve gums). Kelompok lain adalah polisakarida asal rumput (agar, carragenans dan alginates). Berdasarkan sifat fisik kimia dan manfaat nutrisinya serat dalam makanan dapat dikelompokkan dalam 2 jenis larut (soluble) dan tidak larut (insuble) dalam air. Serat yang sauble cenderng bercampur dengan air membentuk jaringan gel (seperti agar) atau jaringan yang pekat. Sedangkan serat yang insoluble umumnya bersifat higoroskopis mampu menahan air 20 kali dari beratnya. Oat yang berasal dari biji-bijian (cereals) umumnya bersifat insoluble. Sedangkan serat dari sayur buah dan kacang-kacangan cenderung bersifat soluble (Widjanarko, 2000).
           

 Serat kasar ialah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat selama 30 menit yang dilakukan dilaboratorium. Dengan proses seperti ini bila merusak beberapa macam serat yang tidak dapat dicerna oleh manusia dan tidak dapat diketahui komposisi kimia tiap-tiap bahan yang membentuk dinding sel (Pi wang, 2008).

 B.     Tujuan
1.    Dapat melakukan analisa kadar serat kasar dalam bahan pangan khususnya pada rumput laut.
2.   Mengetahui metode yang dapat digunakan untuk pengujian serat kasar
3.   Mengetahui prinsip pengujian serat kasar dari berbagai metode
4.   Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari setiap metode
     
      C.   Waktu dan Tempat
            Praktikum Serat Kasar dilaksanakan pada hari Senin 30 November 2017 pada pukul 09.00 wib – selesai di Laboratorium Kimia Sekolah Analisis Kimia Padang






 D.Teori Dasar


Serat adalah zat non gizi, ada dua jenis serat yaitu serat makanan (dietry fiber) dan serat kasar (crude fiber). Peran utama dari serat dalam makanan adalah pada kemampuannya mengikat air, selulosa dan pektin. Dengan adanya serat, membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan untuk disekresikan keluar. Tanpa bantuan serat, feses dengan kandungan air rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami kesukaran melalui usus untuk dapat diekskresikan keluar karena gerakan-gerakan peristaltik usus besar menjadi lebih lamban.
Serat makanan didefinisikan sebagai sisa-sisa skeletal sel-sel tanaman yang tahan terhadap hidrolisa oleh enzim-enzim  pencernaan  manusia.
Serat makanan sering juga disebut sebagai ”unavailable carbohydrate” sedangkan yang tergolong sebagai ”available carbohydrate” adalah gula, pati dan dekstrin, karena zat-zat tersebut dapat dihidrolisa dan diabsorpsi manusia, yang kemudian di dalam tubuh diubah menjadi glukosa dan akhirnya menjadi energi atau disimpan dalam bentuk lemak. Serat makanan ini terdiri dari dinding sel tanaman yang sebagian besar mengandung 3 macam polisakarida yaitu sellulosa, zat pektin dan hemisellulosa. Selain itu juga mengandung zat yang bukan karbohidrat yakni lignin (Piliang dan Djojosoebagio, 2002).
Serat makanan tidak sama pengertiannya dengan serat kasar (crude fiber). Serat kasar adalah senyawa yang biasa dianalisa di laboratorium, yaitu senyawa yang tidak dapat dihidrolisa oleh asam atau alkali. Di dalam buku Daftar Komposisi Bahan Makanan, yang dicantumkan adalah kadar serat kasar bukan kadar serat makanan. Tetapi kadar serat kasar dalam suatu makanan dapatdijadikan indeks kadar serat makanan, karena umumnya didalam serat kasar ditemukan sebanyak 0,2 - 0,5 bagian jumlah serat makanan.     
Metode uji kualitatif yang biasa dipakai untuk menguji serat kasar adalah dengan pereaksi Schweltzar (kupra – ammonium – hidroksida), karena selulosa adalah suatu zat yang berwarna putih dan tidak larut dalam hampir semua pelarut. Pada analisa penentuan serat kasar diperhitungkan banyaknya zat – zat yang tidak larut dalam asam encer atau basa encer dengan kodisi tertentu.
  Serat pangan adalah bagian dari makanan yang tidak dapat dicerna oleh enzim manusia, sehingga tidak digolongkan sebagai sumber zat gizi.      Serat makanan meliputi selulosa, hemiselulosa, pelitin, gum, lignin. Meskipun tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan, tetapi bakteri flora saluran pencernaan terutama dalam kolondapat merombak serat tersebut. Sumber utama serat makanan adalah sayur-sayuran dan buah-buahan, serta biji-bijian dan kacang-kacangan. Jumlah serat makanan yang harus dikonsumsi oleh orang dewasa adalah 20-35 gram/hari atau 10-15 gram/1000 kkal menu.
  Serat pangan sering dibedakan atas kelarutannya dalam air. Serat pangan total (TDF atau Total Dietery Fiber ) terdiri dari komponen serat makanan larut air (Selulable Dietery Fiber atau SDF) dan serat makanan yang tidak larut air (Insolulable Dietery Fiber). SDF adalah serat makanan yang dapat larut dalam air hangat atau panas, serta dapat terendapkan oleh air:etanol dengan perbandingan 1:4. Sedangkan IDF diartikan sebagai serat pangan yang tidak larut dalam air panas atau dingin. Serat yang tidak larut dalam air adalah komponen struktural tanaman, sedangkan yang tak larut adalah komponen non struktural. Serat yang tidak larut air banyak terdapat pada kulit gandum, biji-bijian, sayuran dan kacang-kacangan. Serat yang larut dalam air biasanya berupa gum dan pektin.
  Pektin dan gum merupakan turunan dari gula yang biasa terdapat pada tanaman jumlahnya kecil dibanding dengan karbohidrat lain.pektin dibentuk oleh satuan-satuan gula dan asam galakturonat yang lebih banyak daripada gula sederhana, biasanya terdapat pada sayuran dan buah-buahan.pektin larut dalam air terutama dalam air panassehingga dalam bentuk larutan koloidal akan berbentuk pasta.
  Serat pangan yang tidak larut (IDF) bermanfaat untuk mengatasi sembelit, mencegah kanker terutama kanker kolon dan mengontrol berat badan. Serat makanan mempunyai daya serap air yang tinggi adanya serat makanan dalam feses menyebabkan feses dapat menyerap air yang banyak sehingga volumenya menjadi besar dan teksturnya menjadi lunak. Adanya volume feses yang besar akan mempercepat kontraksi usus untuk lebih cepat buang air-waktu transit makanan pada kolon lebih cepat. Volume feses yang besar dan tekstur yang lunak dapat mengencerkan senyawa karsinogenik yang terkandung di dalamnya, sehingga konsentrasinya jauh lebih rendah dengan demikian akan terjadi kontak antara zat karsinogenik dengan konsentrasi yang rendah dengan usus besar, dan kontak ini pun terjadi dalam waktu yang cukup singkat sehingga tidak memungkinkan terjadinya sel-sel kanker.
Langkah – langkah yang dilakukan dalam analisa adalah :
§ Deffating, yaitu menghilangkan lemak yang terkandung dalam sample menggunakan pelarut lemak.
§ Digestion, terdiri dari dua tahapan yaitu pelarutan dengan asam dan pelarutan dengan basa. Kedua macam proses digesti ini dilakukan dalam keadaan tertutup pada suhu terkontrol (mendidih) dan sedapat mungkin dihilangkan dari pengaruh luar.

 Penyaringan harus segera dilakukan setelah digestion selesai, karena penundaan penyaringan dapat mengakibatkan lebih rendahnya hasil analisa karena terjadi perusakan serat lebih lanjut oleh bahan kimia yang dipakai untuk bahan yang mengandung banyak protein sering mengalami kesulitan dalam penyaringan, maka sebaiknya dilakukan digesti pendahuluan dengan menggunakan enzim.
Serat kasar sangat penting dalam penilaian kualitas bahan makanan karena angka ini merupakan indeks dan menentukan nilai gizi makanan tersebut. Selain itu, kandungan serat kasar dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu proses pengolahan, misalnya proses penggilingan atau proses pemisahan antara kulit dan kotiledon, dengan demikian persentase serat dapat dipakai untuk menentukan kemurniaan bahan atau efisiensi suatu proses. Sedangkan serat makanan adalah bagian dari bahan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan. Serat makanan adalah serat yang tetap ada dalam kolon atau usus besar setelah proses pencernaan, baik yang berbentuk serat yang larut dalam air maupun yang tidak larut dalam air.
Mutu serat dapat dilihat dari komposisi komponen serat makanan, dimana komponen serat makanan terdiri dari komponen yang larut (Solube Dietary Fiber, SDF), dan komponen yang tidak larut (Insoluble Dietary Fiber, IDF). Serat yang tidak larut dalam air ada 3 macam, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin. Serat tersebut banyak terdapat pada sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan. Sedangkan serat yang larut dalam air adalah pectin, musilase, dan gum. Serat ini juga banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran, dan sereal. Sedangkan gum banyak terdapat pada akasia.
Ada beberapa metode analisis serat, antara lain metode crude fiber, metode deterjen, metode enzimatis yang masing-masing mempunyai keuntungan dan kekurangan.
 Data serat kasar yang ditentukan secara kimia tidak menunjukan sifat serat secara fisiologis, rentang kesalahan apabila menggunakan nilai serat kasar sebagai total serat makanan adalah antara 10 - 500%, kesalahan terbesar terjadi pada analisis serealia dan terkecil pada kotiledon tanaman.
Metode analisis dengan menggunakan deterjen (Acid Deterjen Fiber, ADF atau Neutral Deterjen Fiber, NDF) merupakan metode gravimetri yang hanya dapat mengukur komponen serat makanan yang tidak larut. Adapun untuk mengukur komponen serat yang larut seperti pektin dan gum, harus menggunakan metode yang lain, selama analisis tersebut komponen serat larut mengalami kehilangan akibat rusak oleh adanya penggunaan asam sulfat pekat.
Metode enzimatik yang dikembangkan oleh Asp, et al (1984) merupakan metode fraksinasi enzimatik, yaitu penggunaan enzim amilase, yang diikuti oleh penggunaan enzim pepsin pankreatik. Metode ini dapat mengukur kadar serat makanan total, serat makanan larut dan serat makanan tidak larut secara terpisah. Ternyata dari hasil penyelidikan memperlihatkan bahwa serat sangat baik untuk kesehatan ,yaitu membantu mencegah sembelit, mencegah kanker , mencegah sakit pada usus besar, membantu menurunkan kadar kolesterol, membantu mengontrol kadar gula dalam darah, mencegah wasir , membantu menurunkan berat badan dan masih banyak lagi.
 Serat makanan tidak dapat diserap dalam usus halus dan tidak dapat masuk dalam sirkulasi darah, serat ini akan dibawa oleh usus halus masuk kedalam usus besar dengan gerakan peristaltik usus. Kehadiran serat pada usus besar ini baik untuk membantu proses - proses yang terjadi di usus besar. Rata-rata negara didunia ini menetapkan sebanyak 30 gr kebutuhan akan serat setiap harinya.
Serat makanan didefinisikan sebagai sisa-sisa skeletal sel-sel tanaman yang tahan terhadap hidrolisa oleh enzim-enzim pencernaan manusia. Serat makanan sering juga disebut sebagai ”unavailable carbohydrate” sedangkan yang tergolong sebagai ”available carbohydrate” adalah gula, pati dan dekstrin, karena zat-zat tersebut dapat dihidrolisa dan diabsorpsi manusia, yang kemudian di dalam tubuh diubah menjadi glukosa dan akhirnya menjadi energi atau disimpan dalam bentuk lemak. Serat makanan ini terdiri dari dinding sel tanaman yang sebagian besar mengandung 3 macam polisakarida yaitu sellulosa, zat pektin dan hemisellulosa. Selain itu juga mengandung zat yang bukan karbohidrat yakni lignin (Piliang dan Djojosoebagio, 2002).
Serat makanan tidak sama pengertiannya dengan serat kasar (crude fiber). Serat kasar adalah senyawa yang biasa dianalisa di laboratorium, yaitu senyawa yang tidak dapat dihidrolisa oleh asam atau alkali. Di dalam buku Daftar Komposisi Bahan Makanan, yang dicantumkan adalah kadar serat kasar bukan kadar serat makanan. Tetapi kadar serat kasar dalam suatu makanan dapat dijadikan indeks kadar serat makanan, karena umumnya didalam serat kasar ditemukan sebanyak 0,2 - 0,5 bagian jumlah serat makanan.
Serat makanan hanya terdapat dalam bahan pangan nabati, dan kadarnya bervariasi menurut jenis bahan. Kadar serat dalam makanan dapat mengalami perubahan akibat pengolahan yang dilakukan terhadap bahan asalnya. Sebagai contoh, padi yang digiling menjadi beras putih mempunyai kadar serat yang lebih rendah daripada padi yang ditumbuk secara tradisionil. Oleh karena itu beberapa waktu yang lalu muncul dedak padi di pasaran yang dikatakan sebagai obat berbagai macam penyakit.
Serat yang berasal dari makanan sesampainya di saluran pencernaan akan mengikat asam empedu yang sampai ke sana. Sebelum menjalankan tugasnya membantu penyerapan lemak, asam empedu sudah terikat oleh serat yang kemudian bersama serat dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk kotoran. Untuk menggantikan asam empedu yang hilang tersebut, kolesterol dalam tubuh akan dirombak, sehingga makin banyak serat makin banyak asam empedu yang dibuang, berarti makin banyak kolesterol yang dikeluarkan dari tubuh, dengan demikian kadar kolesterol dalam tubuh akan menurun. Lemak dan sterol - sterol lain juga akan lebih banyak dikeluarkan dari tubuh. Sehingga serat – serat tersebut dapat mencegah terjadinya penyerapan kembali asam empedu, kolesterol dan lemak.
Serat dapat berperanan menghalangi penyerapan zat-zat gizi lain seperti lemak, karbohidrat dan protein. Sehingga apabila makanan mengandung kadar serat yang rendah maka hampir semua zat-zat gizi tersebut dapat diserap oleh tubuh. Di samping itu serat makanan dapat mempercepat rasa kenyang. Hal ini disebabkan karena orang akan mengunyah lebih lama bila dalam makanan terkandung kadar serat yang tinggi, sehingga sekresi saliva dan cairan gastrik akan lebih banyak dikeluarkan, yang kemudian kelebihannya akan masuk ke dalam lambung.
MANFAAT SERAT MAKANAN BAGI KESEHATAN KITA
Piliang dan Djojosoebagio (2002), mengemukakan bahwa yang dimaksudkan dengan serat kasar ialah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat selama 30 menit yang dilakukan di laboratorium. Dengan proses seperti ini dapat merusak beberapa macam serat yang tidak dapat dicerna oleh manusia dan tidak dapat diketahui komposisi kimia tiap-tiap bahan yang membentuk dinding sel. Oleh karena itu serat kasar merendahkan perkiraan jumlah kandungan serat sebesar 80% untuk hemisellulosa, 50-90% untuk lignin dan 20-50% untuk sellulosa.








  

KAJIAN PUSTAKA
       A.    Karakteristik Sampel
Menurut Anggadiredja et al., (2006), rumput laut tergolong tanaman berderajat rendah, umumnya tubuh melekat pada substrat tertentu tidak mempunyai akar, batang maupun daun sejati, tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Rumput laut pun dapat melekat pada tumbuhan lain secara epifitik. Klasifikasi rumput laut jenis Euchema adalah sebagai berikut :
Divisi            : Rhodophyta
Kelas            : Rhodohyceae
Bangsa         : Gigartinales
Suku             : Silerisceae
Marga           : Eucheuma
Jenis              : Euchema Spinosum (Euchema denticulatum)
  Euchema cottoni (kappaphycus alvareali)
Table 1. Kandungan nutrisi Euchema sp dalam setiap 100 gram porsi makanan
Komposisi
Prosentase
Air
91,32 gr
Energi
26 kkal/107 k
Protein
0,54 gr
Lemak total
0,03 gr
Karbohidrat
6,75 gr
Serat Makanan
0,5 gr
Gula
0,28 gr
Kalsium
54 mg
Fe
1,86 mg
Mg
67 mg
K
226 mg
Na
9 mg
P
5 mg
Zn
0,58 mg
Cu
0,061 mg
Mn
0,373 m
Se
0,7 mg
Vit.C
43 mg
Vit. E
0,87 mg
Vit. K
2,3 mg
Folat
85 mg



. Menurut Winarno (1996) dalam Wirjainadi et. al., (2002), Komposisi utama dari rumput laut yang dapat digunakan sebagai bahan pangan adalah karbohidrat, tetapi karna kandungan karbohidrat sebagian besar terdiri dari senyawa gumi yaki polimer olisakarida yang berbentuk serat, dikenal sebagai diatary fiber maka hanya sebagian kecil saja dari kandungan karbohidrat yang dapat diserap dalam sistem pencernaan manusia. Kandungan gizi rumput laut terpenting justu pada trace element, khususnya yodium yang berkisar 0,1 – 0,15% dari berat keringnya.  Rumput laut dapat bermanfaat untuk membersihkan usus, memperbaiki proses pencernaan dan penyerapan sari makanan serta memperbaiki usus (Suryaningrum et. al., 2006).
            Pada hakekatnya Euchema sp tidak mempunyai akar, batang dan daun yang berfungsi seperti pada tumbuhan darat tetapi euchema sp terdiri dari semacam batang yang disebut thallus. Euchema sp mempunyai thallus silindris, permukaan yang licin, berwarna merah atau merah oklat yang disebabkan oleh pigmen fikoeritin, memiliki benjolan dari duri berdekatan kedaerah pangkal (Olviany, 2009). Rumput laut jenis Euchema cottoni menghasilkan karegenan yang dapat bereaksi dan berfungsi baik dengan gula, pati, gum dan lain –lain (Astawan et. al., 2004).

      B.    Macam-macam Serat Kasar
Polisakarida sebagai penguat tekstur atau penghasil serat (dietary fiber) seperti selulosa, hemiselulosa, pectin dan gel pectin (Budianto, 2009). Ada 2 macam golongan serat yaitu yang tidak dapat larut air dan yang dapat larut air. Sserat yang tidap larut dalam air adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin. Serat yang dapat larut dalam air adalah pectin, gum mucilage, glikan dan alga (Almatsier, 2003).
            Serat makanan yang diterjemahkan dari dietary fiber menurut Trowall (192) merupakan bagian sel tanaman yang tidak dapat dicernakan oleh enzin dalam tubuh kita. Pada tahun 1974 ia mengemukakan bahwa serat terdiri dari polisakarida yang terdapat pada dinding sel, lignin, lipid tumbuhan dan zat-zat yang tidak dapat diidentifikasi. Serat makanan terutama terdiri dari selulosa. Disamping itu terdapat senyawa-senyawa lain seperti hemiselulosa, pectin, gum tanaman, mucilage, lignin dan polisakarida yang tersimpan dalam tanaman dan alga (Poedjiadi dan Supriyanti, 2007).
Komponen serat pangan dalam berbagai bahan pangan menurut Muchtadi (2001), sebagai berikut :
Jenis bahan pangan
Jenis jaringan
Komponen serat pangan
Buah-buahan dan sayuran
Terutama jaringan parenkim
Selulosa, substansi pekat, hemiselulosa dan beberapa glikoprotein
Beberapa jaringan terlignifikasi
Selulosa, lignin, hemiselllulosa dan beberapa jenis glikoprotein
Serealia dan hasil olahannya
Jaringan parenkim
Hemiselulosa, ester, selulosa, ester fenol dan glikoprotein
Jaringan terlignifikasi
Hemiselullosa, selulosa, lignin, ester, fenolit dan glikoprotein
Tabel 2.  Komponen serat kasar dalam bahan pangan.

            Disebutkan bahwa kebutuhan serat untuk tubuh manusia sangatlah bervariasi menurut pola makanan dan tidak ada anjuran kebutuhan sehari secara khusus untuk serat makanan. Konsumsi serat rata-rata sebesar 25 gram/hari dapat dianggap cukup untuk memelihara kesehatan tubuh (Garrow J. S, et.al., 1993) dalm Wirjatmadi et.al., 2003)
            Demikian pula, tidak ada anjuran kebutuhan sehari secara khusus untuk serat makanan. Lembaga kanker amerika menganjurkan makan 20-30 gram serat sehari. Di Indonesia pada saat ini tidak ada kekhawatiran kekurangan makan serat, bila dipertahankan pola makanan yang ada dengan makanan pokok, kcang-kacangan, sayuran dan buah-buahan dalam jumlah yang cukup (Almatsier, 2003).
Sampai saat ini kecukupan konsumsi serat pangan belum ditetapkan pihak yang berwenang, tetapi anjuran konsumsi menetapkan konsumsi serat pangan untuk orang dewasa sehat adalah sekitar 20-30 gram perhari. Perbandingan serat larut dan serat tidak larut yang konsumsi sebaiknya 1:3 (Muchtadi, 2009).
            Kebutuhan serat pria dan wanita berbeda. Pria membutuhkan 38 gram serat perhari, sedangkan wanita 25 gram perhari (Noorastuti dan Nugraheni, 2001). Menurut Cyberhealth (2002), kebutuhan serat untuk orang Indonesia seharusnya berkisar antara 25-35 gram perhari. Cara untuk mencukupi kebutuhan serat sebagai berikut :
1.    Makan beraneka ragam makanan dalam jumlah yang cukup.
2.    Konsumsi buah dan sayuran segar.
3.    Makan kulit dan juga membrane buah yang sudah dibersihkan.
4.    Konsumsi sereal ataupun roti gandum yang kaya serat.
5.    Minum cukup air dan mengkonsumsi serat dari bahan makanan alami.

 C.    Sumber Serat Kasar
            Serat yang terlarut air terdapat pada buah-buahan, beberapa jenis kacang-kacangan dan beberapa biji-bijian seperti oat dan barley. Insoluble Fiber (serat tak terlarut) banyak dijumpai dalam sayuran dan kulit gandum (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010).
            Menurut Minarno dan Hariani (2008), serat makanan yang tidak larut air (lapisan luar biji-bijian dan kacang-kacangan, bagian sekam dan dedak , inti wortel, apel dan jambu biji) member volume atau isi dalam lambung sehingga menimbulkan rasa kenyangyang lama. Serat makanan yang larut dalam air (sayuran, buah-buahan, padi-padian, kacang-kacangan, biji-bijian dan rumput laut) mempunyai sifat-sifat sebagai berikut    1.Mampu menyerap air
2.Dapat membentuk larutan dengan viskositas atau kekentalan yang tinggi.
3.Mampu mengikat asam empedu
4. Dapat mengalami peragian atau fermentasi.




METODOLOGI PRAKTIKUM

A.   Alat dan Fungsi
   Alat-alat yang digunakan dalam praktikum analisa kadar serat kasar adalah :

v    Erlenmeyer 500ml      : Untuk tempat sampel
v   Beaker glass 250ml    : Untuk tempat H2SO4 200ml
v    Gelas ukur          :Untuk Menakar aquadest, H2SO4, NaOH dan alcohol                                            
v   Cawan petri                    : Tempat sampel saat dikeringkan dalam oven
v  Hot plate                         : Untuk mendidihkan larutan H2SO4, aquadest dan NaOH
v Corong                              : Untuk membantu proses penyaringan
v Timbangan digital        : Untuk menimbang sampel dengan ketelitian 0,01 gr
v Oven                           : Untuk mengeringkan sampel selama 24 jam  suhu  100oC  
v   Gelas ukur 100ml        : Untuk menakar aquadest sesuai kebutuhan.
v Neraca analitik             : Unutk menimbang zat yang butuh ketelitian tinggi
v Kertas saring               : Untuk menyaring larutan gar didapatkan endapan
v Spatula                        : Untuk mengaduk sampel

  

  B.   Bahan dan Fungsi
   Bahan-bahan yang digulakan dalam praktikum materi analisa serat kasar ialah
v Rumput laut (Euchema cottoni) : sampel analisa kadar serat
v   Aquadest                               : Sebagai pelarut dan pengencer.
v   H2SO4 1.25% 50 ml               : Sebagai pelarut dalam analisa serat kasar.
v  NaOH 3.25% 50 ml                : Sebagai pelarut dalam analisa serat kasar.
v  Etanol                                    : Sebagai pelarut lemak.
v    Air                                       : Untuk mencuci peralatan
v Tissue                                    : Untuk membersihkan peralatan.
v Kertas label                           :Untuk member tanda pada sampel dan larutan

C.Prosedure Kerja
1.   Ditimbang sample sebanyak 5  gram secara teliti dengan neraca analitik digital.
2.   Menimbang kertas saring sebelum digunakan.
3.   Pindahkan sample ke dalam gelas kimia 250 mL.
4.   Untuk pembebasan atau memisahkan serat dengan komponen lain, tambahkan NaOH sebanyak secukupnya, lalu aduk dan kemudian disaring dengan penggunakan kertas saring.
5.   Menuangkan larutan tersebut dengan kertas saring ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
6.   Melakukan proses menuang dua kali dengan %NaOH tersebut, dimana untuk ketiga kalinya endapan disertakan dalam penyaringan
7.   Lalu, angkat kertas saring yang telah berisi padatan dan keringkan dengan oven.
8.   Setelah itu mendinginkannya didalam desikator dan menimbangnya.
9.   Untuk mencari kadar serat kasar, dapat digunakan rumus berikut :
                         berat akhir – kertas
          Serat kasar = ————————   X 100%
                             Sampel awal    

D.   Skema Kerja

Sampel rumput laut basah dipotong kecil

Ditimbang
Sampel  1 : 3.98 gr
Sampel 2 : 4.05 gr,
dimasukkan erlenmeyer 250 ml

Tambahkan 50 ml H2SO4 1.25 %

Dipanaskan diatas hot plate selama 30 menit dengan suhu 23.50C

Ditambah NaOH 3.25 % sebanyak 50 ml lalu dipanaskan

Timbang kertas saring pada neraca analitik

Disaring dan dicuci dengan :
H2SO4 1.25 % panas 25 ml
Aquades panas 25 ml
Etanol 96 % 25 ml

Masukkan kertas saring ke cawan porselin dan dioven pada suhu 105oC

Dihitung tiap 30 menit sekali sebanyak 3 kali

Disimpan di oven 1 hari

Hasil
(berat residu adalah berat serat kasar)

E.Perhitungan

                                berat akhir – kertas
          Serat kasar = ————————   X 100%
                                      Sampel awal    

berat sampel ditimbang : 0,2000 gram
berat cawan porselen kosong : 1.41,1182 gram
                                               2.41,1180  gram
                                               3.41,1180  gram
Berat + sampel (setelah pemanasan) :  1.41,3285  gram
                                                          2.41,3184  gram
                                                          3.41,3183  gram


                               
                                    Berat serat kasar
          Serat kasar = ————————   X 100%
                                    Sampel awal    

                               0,2003 gram
          Serat kasar = ———————  X 100%
                                 0,2000 gram
                         = 10,01 %   



















PEMBAHASAN
      A.    Analisa Prosedur
            Pada praktikum gizi ikan dengan materi analisa serat kasar ini menurut Sudarmadji. et. al., (2007) bertujuan untuk mengetahui penilaian kualitas bahan makanan karna merupakan indeks dan menentukan nilai gizi yang terdapat dalam bahan pangan. Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu prose pengolahan bahan makanan. Dengan demikian presentase serat dapat dipakai untuk menetukan kemurnian suatu bahan atau efesiensi suatu proses.
            Praktikum ini menggunakan sampel rumput laut, pertama yang dilakukan ialah menghaluskan sampel rumput laut dengan blender dan mortar dengan tujuan agar memperluas permukaan sampel. Selanjutnya dikeringkan dalam oven selama semalam pada suhu 105°C untuk mengeringkan sampel. Sampel yang telah kering dan halus ditimbang 5 gram dengan timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 gram dan dimasukkan kedalam erlemenyer 600 ml.
            Setelah itu, ditambah 3 tetes anti koam yang berfungsi mencegah timbulnya gelembung pada proses pemanasan dalam pendingin balik. Dan juga ditambah H2SO4 mendidih sebanyak 200 ml. ( 1,25 gram H2SO4 pekat / 100 ml = 0,0225 N H2SO4 ). Kemudian ditutup dengan pendingin balik, lalu didinginkan selama 30 menit, dimana fungsi dari pendingin balik yaitu mencairkan kembali uap air yang terbentuk. Penambah H2SO4 berfungsi untuk memecah dinding sel rumput laut ( digesti sampai suasana asam ).
           


 Kemudian saring supernatan dengan kertas saring dan residu yang tertinggal dalam erlemenyer dicuci dengan aquadest mendidih 10 ml. Setelah residu dipindahkan lagi secara kuantitatif dari kertas saring kedalam erlenmeyer 250 ml dengan menggunakan spatula dan dicuci dengan NaOH yaitu untuk memecah dinding sel rumput laut ( digesti sampai suasana basa ). Selanjutnya didinginkan pada pendinginan balik selama 30 menit.
            Setelah itu disaring dengan kertas saring yang kering dan sudah diketahui beratnya sambil dicuci dengan larutan K2SO4 10%. Kemudian dicuci lagi dengan aquadest mendidih dan juga 15 ml alkohol 95%. Fungsi dari K2SO4 10% ialah untuk menghilangkan protein. Fungsi alkohol adalah untuk melarutkan lemak vitamin dan mineral serta menetralkan pH. Kemudian kertas saring dan sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 100°C selama 2 jam. Selanjutnya didinginkan dalam desikator 15-20 menit dan ditimbang beratnya.

      B.    Analisa Hasil
            Berdasarkan hasil yang diperoleh pada praktikum ini dengan sampel rumput laut basah didapatkan hasil yaitu sampel ke-1 1.72% dan sampel ke-2 1.49%. Serat kasar tertinggi yaitu pada sampel ke satu. Sumber serat kasar makanan yang tidak larut dalam air ( lapisan luar biji bijian dan kacang kacangan) dan serat makanan yang larut dalam air ( sayuran, buah-buahan, dan padi-padian ).
            Lembaga kanker Amerika menganjurkan makan serat 20-30 gram sehari. Penyakit yang disebabkan kekurangan serat yaitu terjadi divertikulasi ( Almatsier, 2003 ).

PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Berdasarkan praktikum gizi ikani pada materi analisa serat kasar maka dapat disimpulkan bahwa :
  Serat kasar adalah residu dari bahan makanan atau pertanian setelah diperlakuan dengan asam alkali mendidih, dan terdiri dari selulosa dengan sedikit lignin dan rentosa.
  Sumber serat adalah serat makanan yang tidak larut dalam air (lapisan luar biji-bijian dan kacang-kacangan dan lain sebagainya) dan serat makanan yang larut dalam air (sayuran, buah-buahan, padi-padian).
  Manfaat nutrisi serat kasar adalah mengurangi gangguan sembelit (congtipatian) appenditis, divertinulosis, hemoroid, diabetes militus, kanker kalon, penyakit jantung koroner, batu ginjal dan gastriintestinal.
v Prinsip analisa serat kasar adalah semua zat-zat organik yang tidak dapat larut dalam H2SO4 0,3 N dan larutan NaOH 1,5 N yang berturut-turut dipanaskan selama 30 menit.
v Berdasarkan data dan perhitungan diketahui kadar serat kasar terbesar pada kelompok 6 yaitu sebesar 22% sedangkan kadar terendah pada kelompok 5 yaitu sebesar 15,24%.
v Semakin tinggi kadar serat dalam suatu makanan dianggap makin rendah nilai gizi makanan tersebut dan serat dibutuhkan sekisar 25-30 gram serat setiap hari.

B.    Saran
            Saran yang diberikan untuk praktikum analisa kadar serat kasar yaitu sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan analisa serat kasar, agar dalam bahan pangan dapat diperoleh data yang akurat. waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Anggadiredja, J ; Achmad & Heri. P., Sri.I. 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya. Depok
 Jobsheet 2013 “Petunjuk Praktikum Teknologi Pengolahan Pangan” Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang
Buckle. 1985. Ilmu Pangan. UI Press. Jakarta.          
Piliang, W. G dan S. Djojosoebagio. 1996.  Fisiologi Nutrisi: Edisi Kedua UI-Press. Jakarta. 
2002 Fisiologi Nutrisi: Edisi Keempat. IPB Press. Bogor.
Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisis untuk Bahan Makanan dan Pertanian.Edisi ketiga. Yogyakarta: Liberty. Hal. 38.